Oleh: Eddy Supriadi (Mantan Sekda Bangka Selatan)
Pada apel perdana Pemerintah Provinsi Bangka Belitung awal April lalu, Gubernur menyampaikan hal yang sederhana namun menggelitik nurani: “Saya tidak ingin ASN yang hanya datang tepat waktu, tapi pulang tanpa hasil.” Kalimat itu, bila direnungkan, adalah pukulan keras terhadap kultur kerja aparatur yang terlalu lama berkutat pada formalitas, bukan produktivitas.
Masalah disiplin ASN di Bangka Belitung bukan hal baru. Sistem absensi berbasis fingerprint, aplikasi, hingga pelacakan lokasi terus disempurnakan. Namun, semakin canggih alatnya, semakin terlihat bahwa kehadiran belum tentu menghasilkan kerja. Yang muncul justru jebakan administratif: hadir ya, tapi kerja belum tentu. Laporan disusun rapi, tapi manfaat tak kunjung dirasa publik.
---
Absensi Hanyalah Instrumen
Dalam logika birokrasi modern, absensi adalah alat bantu untuk membentuk kultur dasar: disiplin waktu. Tapi alat tetaplah alat. Ia tidak bisa berdiri sendiri sebagai tolok ukur kualitas kerja. Sistem absensi seharusnya hanya salah satu komponen dari ekosistem evaluasi kinerja, bukan menjadi panglima.
Yang lebih esensial adalah output dan dampak nyata dari kehadiran tersebut. Apakah layanan publik membaik? Apakah program daerah tepat sasaran? Apakah keluhan warga berkurang? Itu yang mestinya menjadi fokus utama.
---
Dari Jam Kerja ke Nilai Kerja
Sejak masa kolonial, sistem kerja pegawai diwarisi dari model birokrasi Eropa: jam 07.30–14.00, sistem administrasi bertingkat, dan orientasi laporan. Seiring reformasi birokrasi, paradigma baru mulai dikenalkan: Kinerja Berbasis Output (KBO) dan Key Result Area (KRA). Sayangnya, implementasi di daerah kerap macet di tengah jalan.
Padahal, pendekatan KBO dan KRA sangat relevan. Kinerja pegawai tidak lagi diukur dari hadir atau tidak, tetapi:
Apakah tugas strategis unitnya tercapai?
Apa hasil utamanya (KRA)?
Seberapa besar dampak nyatanya (KBO)?
Dengan logika ini, pegawai yang bekerja dari rumah pun tetap bisa dinilai, selama hasil kerjanya jelas, terukur, dan dirasakan oleh masyarakat.
---
ASN: Antara Sibuk dan Produktif
Kita sering menyaksikan ASN yang sibuk setiap hari—rapat, koordinasi, membuat laporan, mengikuti webinar. Tapi ketika ditanya: “Apa hasil kerja nyatanya tahun ini?”, jawabannya mengambang.
Inilah yang disebut sebagai kesibukan semu. ASN seolah aktif, padahal hasilnya tidak sepadan dengan waktu dan anggaran yang digunakan. Ini bukan semata kesalahan individu, tapi produk dari sistem yang belum fokus pada nilai kerja, masih terjebak pada ritual kehadiran.
---
Gubernur Harus Didukung oleh Perubahan Sistem
Sorotan Gubernur terhadap sistem kerja ASN membuka pintu perubahan. Tapi perubahan itu harus dibarengi kebijakan menyeluruh:
1. Evaluasi Berbasis Hasil (Result-Oriented Performance)
Setiap pegawai dan unit harus memiliki target hasil, bukan hanya target kegiatan.
2. Reward & Punishment Berdasarkan Kinerja, Bukan Jabatan
Pegawai dengan hasil tinggi diberi insentif. Yang stagnan, ditinjau kembali penempatannya.
3. Digitalisasi Sistem Kinerja dan Layanan
Teknologi harus mendukung akuntabilitas output, bukan hanya pelacakan absensi.
---
Kultur Pelayanan Harus Diubah
Mentalitas “yang penting hadir” harus berganti menjadi “yang penting berdampak”. ASN adalah mesin pembangunan daerah, bukan mesin administrasi tanpa hasil. Setiap jam kerja ASN adalah biaya publik yang harus dikembalikan dalam bentuk pelayanan publik yang berkualitas.
Apel perdana bukan hanya ritual tahunan, tapi momentum pergeseran makna: dari kehadiran ke pengabdian, dari jam kerja ke kerja nyata. Ini yang harus menjadi semangat bersama, bukan hanya Gubernur dan Sekda, tapi seluruh OPD dan ASN di Bangka Belitung.
---
Penutup: ASN Bangka Belitung, Hadir untuk Melayani
Kini saatnya mengubah wajah birokrasi Bangka Belitung: menghadirkan ASN yang tidak hanya datang dan duduk, tapi berpikir, bekerja, dan memberi hasil. Sistem kerja harus menyesuaikan zaman, kebutuhan masyarakat, dan tantangan pembangunan daerah kepulauan yang unik ini.
Mari kita kawal bersama: agar ASN tidak sekadar hadir di ruang kerja, tapi hadir dalam hidup masyarakatnya.
---
Tags
Peristiwa