Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih Bangka Belitung yang dilantik hari ini, Dayat Arsani dan Heliana, bersiap memasuki babak baru dalam sejarah kepemimpinan provinsi ini. Namun, sambutan terhadap kepemimpinan mereka tak sekadar seremoni: di hadapan mereka terbentang kompleksitas tantangan global, nasional, dan lokal yang saling bertaut. Mereka tak hanya akan memimpin, tetapi juga harus memulihkan dan memajukan daerah yang kini berada dalam kerentanan struktural.
Tantangan Global dan Nasional: Krisis Ekonomi dan Ketahanan Sumber Daya
Secara global, dinamika ekonomi pasca-pandemi, krisis energi, perubahan iklim, dan ketegangan geopolitik berdampak langsung pada daerah kaya sumber daya alam seperti Bangka Belitung. Penurunan permintaan komoditas global, terutama logam seperti timah, menekan penerimaan daerah. Sementara itu, transisi energi dan tuntutan keberlanjutan menuntut diversifikasi ekonomi.
Secara nasional, kebijakan fiskal pemerintah pusat yang semakin ketat serta tren pemangkasan Dana Transfer ke Daerah (TKD) menempatkan Bangka Belitung dalam posisi sulit untuk mengandalkan belanja pembangunan dari pusat. Desentralisasi fiskal menjadi peluang, tetapi juga tantangan besar bagi provinsi dengan APBD kurang lebih Rp2,4 triliun dan defisit Rp271 miliar, serta ketergantungan tinggi terhadap sektor tambang timah.
Tantangan Lokal: Defisit Keuangan, Ketimpangan, dan SDM Birokrasi
Salah satu tantangan paling mendesak adalah defisit APBD. Realitas ini menjadi batu uji awal kepemimpinan Dayat–Heliana. Mereka harus melakukan audit fiskal menyeluruh dan menata kembali skala prioritas. Belanja rutin yang membengkak, program populis yang tidak efisien, hingga potensi kebocoran anggaran harus dikaji ulang.
Namun di luar angka-angka fiskal, tantangan SDM birokrasi menjadi pekerjaan rumah yang tak kalah genting. Struktur birokrasi saat ini terpolarisasi antara yang siap dengan semangat reformasi dan mereka yang masih terjebak dalam budaya kerja lama—asal jalan, minim inovasi, dan resistensi terhadap perubahan. Dalam tubuh birokrasi masih terjadi tarik-menarik antara kelompok yang mendukung reformasi total dan kelompok yang enggan melepaskan kenyamanan status quo. Ini memerlukan pendekatan kepemimpinan yang tidak hanya tegas, tetapi juga persuasif dan transformatif.
Selain itu, masih rendahnya sinergi antar kabupaten/kota dan lemahnya manajemen SDM—terutama dalam hal penempatan, pelatihan, dan evaluasi kinerja ASN—harus segera dibenahi. Reformasi birokrasi tidak cukup dengan digitalisasi semata, tetapi juga penataan mindset, budaya organisasi, dan tata kelola yang berbasis kinerja dan etika publik.
Dinamika Politik Lokal dan Nasional: Antara Harapan dan Friksi
Secara politik, pasangan Dayat–Heliana juga menghadapi dinamika yang tak sederhana. Di tingkat lokal, konstelasi politik pasca-pilkada masih menyisakan polarisasi dan gesekan di antara aktor-aktor elite maupun akar rumput. Koalisi partai pendukung belum tentu solid dalam praktik pemerintahan, sementara kelompok oposisi bisa saja menempuh strategi resistensi politik yang menghambat agenda perubahan.
Di tingkat nasional, hubungan dengan pemerintah pusat menjadi penentu penting dalam mengakses program prioritas nasional, investasi, dan alokasi anggaran. Posisi politik Dayat–Heliana harus dikelola secara cerdas agar Bangka Belitung tidak terpinggirkan dalam kebijakan nasional. Politik alokasi sumber daya yang kerap kali dipengaruhi oleh kalkulasi elektoral di tingkat pusat juga menjadi tantangan tersendiri.
Janji Politik dan Harapan Publik
Pasangan ini memikul beban janji politik yang besar: dari penguatan layanan kesehatan dan pendidikan, pengembangan infrastruktur desa-kota, pengelolaan tambang berkelanjutan, hingga pemberdayaan perempuan dan UMKM. Publik berharap janji ini tidak sebatas jargon kampanye, melainkan diturunkan ke dalam kebijakan yang terukur dan berkelanjutan.
Heliana, sebagai Wakil Gubernur perempuan pertama, membawa ekspektasi khusus dalam pengarusutamaan gender dan program berbasis komunitas. Sementara Dayat Arsani, dengan latar belakang dunia usaha dan jaringan luas, diharapkan mampu membangun kolaborasi lintas sektor untuk mendongkrak investasi dan membuka lapangan kerja.
Agenda Strategis: SDM, Timah, Pertanian, Perkebunan, dan Jasa
Dari sisi ekonomi lokal, timah tetap menjadi tulang punggung sekaligus dilema. Legalitas tambang rakyat, tata niaga timah, hingga kerusakan lingkungan memerlukan pendekatan regulatif dan partisipatif. Jika tidak ditangani dengan hati-hati, sektor ini bisa menjadi bumerang sosial dan ekologis.
Di luar timah, sektor pertanian dan perkebunan perlu revitalisasi. Bangka Belitung memiliki potensi besar pada komoditas seperti lada, sawit, dan hortikultura. Namun, produktivitas dan akses pasar masih rendah. Program modernisasi pertanian dan koperasi petani berbasis teknologi bisa menjadi langkah awal.
Sementara itu, sektor jasa, khususnya pariwisata dan perdagangan, memiliki ruang tumbuh yang signifikan. Diperlukan kebijakan promosi investasi, pengembangan kawasan wisata tematik, dan peningkatan konektivitas digital untuk mendukung transformasi ekonomi berbasis jasa dan kreatif.
Menuju Pemerintahan Daerah yang Tangguh
Kunci keberhasilan pemerintahan Dayat–Heliana terletak pada kepemimpinan kolaboratif dan tata kelola yang berorientasi pada hasil. Mereka harus berani memangkas program-program seremonial dan mengalihkan anggaran untuk membangun kapasitas SDM lokal—dari pelatihan vokasi hingga beasiswa unggulan.
Pelibatan universitas lokal, komunitas adat, stakeholder dan pelaku usaha dalam merumuskan kebijakan akan menjadi langkah strategis membangun legitimasi sosial dan memperkuat akar kepercayaan publik. Dalam konteks otonomi daerah, Gubernur bukan sekadar pemimpin administratif, melainkan katalisator perubahan struktural.
---
Penutup
Kepemimpinan Dayat Arsani dan Heliana adalah momentum untuk membalikkan pesimisme menjadi harapan. Namun, harapan tak cukup ditanam, ia harus dirawat melalui perencanaan, kebijakan publik yang cerdas, serta keberanian untuk membuat keputusan tidak populer demi masa depan Bangka Belitung yang inklusif dan berkelanjutan.
Selamat Bekerja, Pak Gubernur dan Ibu Wakil Gubernur.